Coretan Inugami ^o^v

Hai namaku Eva, umur 15 tahun. Malam ini aku dan ibuku akan jalan-jalan membeli bermacam-macam hadiah untuk merayakan tahun baru. Hihi.. senang sekali rasanya! Aku benar-benar menyukai tahun baru!

Akhirnya kami sampai di pusat perbelanjaan setelah berjuang menembus kemacetan. Tempatnya agak mirip pameran, dengan berbagai macam dagangan yang identik dengan tahun baru. Ada terompet, kembang api, dan lainnya. Benar-benar ramai!

Aku dan Ibu hanya berjalan-jalan sambil sesekali melihat-lihat. Sepertinya ibu ingin membeli baju dan sepatu baru karena dia selalu berhenti di tempat itu. Ah, ibu berhenti lagi deh!

Aku hanya duduk menunggu ibu memilih-milih baju, sambil mataku melihat-lihat keramaian ini. Tiba-tiba terdengar sayup-sayup lemah dari arah sungai. Suara apa itu? Aku pun segera berlari untuk melihat.

“Meong, meong,”

Oh, tidak! Anak kucing itu dalam bahaya!!

Disana, di sungai itu, seekor anak kucing berbulu putih mengeong. Dia terapung-apung di atas kardus kecil. Aku tak mengerti bahasanya, tapi aku tahu kalau kucing itu meminta tolong dan amat ketakutan. Tak ada seorang pun yang memperhatikan dan memperdulikan kucing itu, mereka terlalu sibuk untuk menyambut malam Tahun Baru.

“Ibu, selamatkan kucing itu, Bu! Kucing itu dalam bahaya!”

“Apa? Tidak sayang, kita harus segera pulang, nanti jalan akan macet!”

Macet gara-gara tahun baru?! Oh, sekarang aku benar-benar membenci tahun baru!

“Tidak, aku tidak mau pulang! Aku harus menyelamatkan kucing itu!”

Aku mau saja terjun ke sungai itu, toh aku mendapat nilai A untuk mata pelajaran renang.

“Duh, sayang... jangan minta yang aneh-aneh! Jangan ngambek disini, malu kan dilihat banyak orang?”

Ibu berusaha menarikku pulang, tapi aku terus berontak. Oh, tidak! Kucing itu dalam bahaya! Kardus yang di tumpanginya sudah mulai tenggelam!

“Para hadirin! Mari kita mulai hitung mundur menyambut Tahun Baru!”

Terdengar suara MC diatas panggung. Para pengunjung bersorak antusias dan mulai berhitung mundur.

“10!” Ibu masih menggenggam tanganku dengan erat, aku terus berontak.

“9!” Kucing itu mengeong, tampak seperempat tubuhnya mulai tergenang air.

“8!” Ibu mulai menyeretku menjauhi sungai dengan kedua tangannya.

“7!” Setengah tubuh kucing itu tergenang air.

“6!” Suara kucing itu mulai tak terdengar karena ibu berhasil menyeretku menjauhi sungai.

“5!” Aku menggigit tangan Ibu.

“4!” Aku berlari secepat mungkin kembali ke arah sungai.

“3!” Aku sampai di tepi sungai itu, kucing itu sudah hampir tenggelam.

“2!” Aku membuka sepatuku, dan mengambil nafas dalam-dalam.

“1!” Aku melompat ke ke sungai itu.

“SELAMAT TAHUN BARU!!!”

BYUURRRR. Aku berenang ke arah kucing itu, dinginnya air sungai langsung terasa menusuk tulangku. Tapi aku tetap percaya dengan kemampuanku berenang. Akhirnya aku dapat menyelamatkan kucing itu, kucing itu menggigil kedinginan seperti halnya aku.

“Dasar! Bagaimana kalau kamu sampai keram!”

“Tenang saja, Bu! Aku jago berenang kok, hehehe.. Hatchi!”

Oh tidak.. sepertinya tahun baru kali ini aku harus berbaring di rumah. Ah, setidaknya aku tidak sendirian, benarkan Katherinne sayang?

“Miaw~"

BOSAN! Kenapa aku ditinggal sendirian di rumah sementara yang lain bersenang-senang?! Ini sungguh tidak adil! Aku mau hak asasi, aku minta keadilan!

Ah, kucing bodoh itu lagi-lagi mentertawakan aku melalui jendela! Benar-benar kurang ajar, hanya karena dia bisa bebas berkeliaran di luar begitu, dia jadi sok pamer!

“Guk!”

Aku menggonggonginya dan berusaha mengusirnya dari pandanganku, tetapi kucing itu tetap cuek dan malah meledekku. Oh tunggu, mungkin kalian tidak tahu siapa aku? Namaku Buddy, aku adalah seekor anjing Golden Retreiver. Majikanku, Eva, sedang pergi keluar bersama keluarganya untuk membeli beberapa barang karena ini malam Tahun Baru. Dan aku sendirian disuruh menjaga rumah mereka, ah bosan sekali!

Sepertinya percuma saja aku menakuti kucing jelek itu, dia malah semakin menjadi-jadi meledekku. Aku tidur saja deh, tidak ada yang bisa kukerjakan.

CREKKK.

Hmmm? suara apa itu?

Aku segera mempertajam pendengaranku, rasanya aku tidak mendengar suara mobil Eva. Dan... ada bau asing yang memasuki rumah ini. Astaga?! Pencuri kah?!

Aku mengendap-endap sambil menelusuri bau aneh itu, asalnya dari jendela kamar Eva. Seseorang yang tak kukenal sedang berusaha membuka jendela itu. Aku mengawasi dari luar ruangan, tidak membuat suara dan bersiap menyergap.

Orang itu akhirnya berhasil memasuki rumah, dan ketika dia melewatiku..

GRAUP!!

“ARRRGGGHHH!!!”

Aku langsung menggigit pantatnya dengan garang! Huahuahua.. rasakan kamu maling! Jangan kira kamu bisa mencuri barang-barang di rumah ini selama masih ada aku!

Maling itu pun segera berbalik dan kembali melompat keluar jendela.

Hahaha! Tau rasa dia!

Aha! Kini jendela terbuka! Horeee, aku bisa keluar! Akan kuberi pelajaran kucing jelek itu karena sudah mempermainkan aku!

Dengan antusias, aku segera melompat keluar. Eh, tunggu... sepertinya aku melupakan hal penting...? ARGH, KAMAR EVA ADA DI LANTAI 2!!!

BRUGH!

Aku terjatuh dengan sukses, dan tiba-tiba saja dunia menjadi gelap. Oh, apakah aku akan mati? Hahaha, mati saat menjaga rumah? Sepertinya tidak terlalu buruk...

Aku membuka mataku, dimana ini? Ah ini kan kamar Eva. Aku masih hidup rupanya, dan... OMG, itu kan pencuri yang aku gigit pantatnya semalam?! Dia sudah ditangkap polisi rupanya! Hahaha, rasakanlah kehebatan Buddy si anjing penjaga!

“Buddy! Kenapa kamarku berantakan?!"

Tadi malam ada maling masuk kamarmu! Dan aku berhasil mengusirnya! Lihat, lihat koran ini! Dia sudah tertangkap!

Ah, maksudku sih ingin berbicara begitu, tapi yang keluar dari mulutku malah gonggongan. Nasib deh jadi anjing...

Namaku Kei, mungkin ini terdengar menggelikan untuk kalian. Saat ini aku berada di atap rumahku untuk menunggu.. err.. menunggu bintang jatuh.. Lucu?! Silahkan saja tertawa! Aku tidak bercanda!

Konon menurut legenda Kuno, bintang jatuh dapat mengabulkan impian kita. Apa kamu pernah mendengar hal itu? Memang agak aneh sih, tapi aku tak punya pilihan lain... aku tak punya keberanian untuk mengajak Eva kencan malam natal nanti... Aku butuh keajaiban!

Dan disinilah aku, duduk menunggu bintang jatuh seperti orang bodoh. Sudah berjam-jam aku menunggu, tidak ada perubahan dilangit itu. Aku pun bangkit dan akan memasuki rumahku.. eh tunggu... itu... bintang jatuh?!

Aku harus make a wish secepatnya! Dear Mr Star, aku mohon berikanlah aku keberanian untuk mengajak Eva kencan nanti malam! Aku mohon!

Ah, akhirnya aku mengucapkannya juga.. semoga besok ada keajaiban..



* * *



Pagi harinya, aku bangung kesiangan. Ah wajar saja! Tadi malam tidurku benar-benar larut!

Aku mencoba untuk menghubungi Eva untuk menanyakan rencana malam nanti. Aku gemetar ketika menggenggam gagang telepon, gugup sekali...

Kumohon semoga dia tak ada rencana!

“Ya? Disini Eva, siapa ya?” terdengar suara dari balik telepon.

Aku tak bisa menjawab, err, lebih tepatnya tak berani menjawab! Suara manis di seberang sana langsung meruntuhkan keberanianku! Dengan reflek aku menutup telepon, huff! Argh bagaimana mungkin aku bisa mengajaknya kencan kalau begini?!

“Kei! Kau sudah bangun? Tolong bantu ibu belanja yah!”

Oh sekarang ibu malah menyuruh belanja! Yah baiklah, mungkin akan terpikirkan suatu cara saat belanja nanti..

Aku pun berjalan sambil membawa keranjang dan list pesanan ibu. Hmm.. ibu menyuruhku membeli lobak, untuk masak apa yah? Sayur lobak?

Akhirnya aku sampai di pasar sayuran, dan, wow! Penuh sekali! Seperti sedang bagi-bagi sembako saja!

“Permisi, saya minta lobaknya 1!” seruku, namun sepertinya tak ada yang mendengar.

Aku pun menerobos masuk, untungnya tubuhku kecil. Ah, ini dia lobaknya!

Aku berusaha menarik lobak itu, kok susah sekali yah?! Eh, ada orang yang menariknya juga... itu..

“EVA?!”

“Waw! Hai, Kei!”

Aku langsung tak bisa berkata-kata.

“Kei, ibumu mau masak lobak juga? Aduh, lobak di toko ini tinggal 1... gimana ya?”

Ah! Lobak?!

“Hahaha tidak kok, tidak! Lobak ini untukmu saja!”

“Sungguh?! Gyaaa senangnya!”

“By the way Eva, nanti malam maukah kamu jalan-jalan bersamaku?”

“Hmmm... yaaa boleh, aku tidak ada rencana apa-apa kok~”

YES!! Aku berhasil!! Malam natal kencan bersama Eva! Horeeee! Thank you bintang jatuh ku, keajaiban ini tak mungkin terjadi tanpa bantuanmu!

Oh tunggu, bagaimana caraku beralasan ke Ibu yah...? ah itu nanti saja deh!

Apa kalian percaya pada peri? Tidak? Oh tapi aku percaya... kalian pasti bertanya-tanya kenapa aku percaya? Tahun lalu aku pernah bertemu dengannya! Aku tidak bohong!

Waktu itu malam natal, aku tidak bisa tidur saking antusiasnya. Tiba-tiba aku mendengar suara-suara kecil, macam bisikan. Aku pun bangun dan mencari asal suara itu karena penasaran. Tak mungkin itu hantu, karena yang kudengar hantu takut pada kereta santa, jadi mereka tidak akan berani menampakkan dirinya saat malam natal.

Aku pun berjalan mengendap-endap, oh rupanya asal suara itu dari pohon natal di ruang keluarga! Kira-kira apa yang ada disana yah?

Aku menginti di balik tembok, tampak pohon natal itu bergerak-gerak kecil dan ada cahaya kecil yang mengitarinya. Cahaya sebesar bola lampu neon. Aku pun kembali maju perlahan-lahan, dan... astaga! Itu, makhluk kecil itu?! Peri?! Waw!

Aku berjalan mendekatinya dengan senyuman, karena yang kudengar dari ayahku, peri adalah makhluk yang sangat sensitif dan dapat membaca niat kita.

Peri! Aku tidak berniat jahat kepadamu! Aku hanya ingin berkenalan denganmu, kumohon jangan lari!

Peri itu tersenyum dan menatapku. Ah! Rupanya dia mengizinkan aku berkenalan!

“Peri, apa kamu mengerti apa yang aku bicarakan?” tanyaku ragu-ragu.

“Tentu, lalu, apa yang ingin kamu bicarakan?” ujarnya ramah.

“Aku hanya ingin berkenalan denganmu, bolehkah?”

“Hahaha... Untuk anak baik sepertimu, tentu saja boleh. Hmmm.. apakah kamu tidak mau meminta sesuatu? Aku bisa mengabulkan permintaan anak sebaik kamu.”

“Tidak, tidak. Aku tidak butuh apa-apa, aku hanya ingin bermain denganmu. Bolehkah?”

“Tentu, ayo kita main.”

Aku pun bermain dengan peri itu, petak umpet, kejar-kejaran, ah sungguh menyenangkan sekali. Oh iya, dia juga sempat membuatku bisa terbang melayang! Awalnya aku sangat ketakutan, tapi lama kelamaan aku terbiasa juga dan asik sekali loh rasanya!

“Eva, sepertinya sudah waktunya kita berpisah...”

“Ah peri!! Kumohon temani aku bermain lagi!”

“Aku janji aku akan kembali lagi tahun depan, asalkan kamu jadi anak yang baik, ok?”

Akhirnya aku merelakan kepergian peri natal itu. Ini hanya perpisahan sementara kok, dan sekarang adalah malam natal! Aku bisa bertemu lagi dengan si peri natal seperti janji kami tahun lalu!

Ah, suara itu! Sepertinya si peri sudah mulai mengelilingi pohon natalku! Sudah yah, aku ingin bermain dengannya dulu~

Malam natal adalah malam yang kutunggu-tunggu. Karena hanya di malam itulah keluargaku bisa tersenyum dan akur. Aku terlahir di broken home family. Kedua orangtuaku selalu bertengkar hebat, yang mengakibatkan perceraian mereka. Aku ikut ayahku, dan adikku yang kusayang, Eva, ikut ibuku. Namun karena adat keluarga mengharuskan pertemuan saat merayakan natal, kami bisa kembali bertemu dan makan bersama hanya saat itu. Natal adalah hari yang sangat aku tunggu-tunggu. Dan saat ini 24 Desember, aku tidak sabar menunggu nanti malam.

“Kei! Antar ayah ke stasiun! Malam ini ayah akan kerja lembur!” sahut ayahku dari dalam kamar.

Hah? Lembur?!

“Tapi yah! Bukankah besok hari natal?! Kenapa ayah malah lembur?!” sergahku.

“Tanyakan itu pada atasan ayah! Sudah, ayo cepat antar ayah! Sudah hampir terlambat nih!”

Aku agak tenang mendengarnya, kupikir ayah memang sengaja melempar dirinya untuk lembur agar tidak bisa merayakan malam natal bersama. Tapi dari nada bicaranya, dia terdengar cukup kesal.

Aku pun mengantar ayah ke stasiun. Hah, semoga saja ayah bisa pulang sebelum jam 10 malam... aku ingin merayakan natal bersama seperti tahun lalu, entah kenapa aura natal membuat kami serasa akur dan lebih dekat.

Jam 8 malam, seseorang mengetuk pintu rumahku. Ah, itu pasti ibu dan Eva!

Aku segera membuka pintu, dan memang benar itu mereka. Kangen banget aku sama ibu dan adikku yang manis ini. Aku mempersilahkan ibu dan Eva masuk, ibu terlihat agak kecewa dan sedih begitu mendengar kabar bahwa ayah lembur. Tapi beliau kembali tersenyum saat kuberitahu kalau itu bukan keinginannya.

Menyenangkan sekali berkumpul lagi bersama ibu dan adikku, makan bersama seperti ini, yang hanya bisa kurasakan setahun sekali. Tapi kemana ayah? Kok dia belum datang juga yah...

Aku melihat ibuku, tampak beliau mulai gelisah karena ayah belum datang.

TOK TOK, terdengar suara ketukan dipintu.

Ah, itu pasti ayah! Kami segera berlari menyambut ayah pulang. Ayah tampak kelelahan, beliau tersenyum ketika melihat kami semua menyambutnya.

Selamat Natal semua!!

Aih, benar-benar tak kusangka aku dapat bertemu Kei di pasar itu! Dan bahkan, dia mengajakku kencan! Oh, tidak pernah terbayang olehku! Kejadian yang hanya bisa kumimpikan itu kini terkabul?!

Aku Eva, malam ini aku akan berkencan dengan Kei. Dia sudah menjadi Idolaku sejak aku pertamakali melihatnya 2 tahun lalu. Cinta yang kupendam selama 2 tahun, akhirnya membuahkan hasil saat ini. Hmm... lama juga yah? Ah peduli amat! Yang penting nanti malam aku akan berkencan dengannya! Horeee!

“Eva, kenapa kau berjingkrak-jingkrak seperti orang gila begitu?” tiba-tiba Lala masuk dan menatapku dengan tatapan jijik.

“Hei! Tak bisakah kau mengetuk pintu sebelum masuk?!” seruku jengkel.

Oh, dia memang adikku yang menyebalkan! Aku segera mengusirnya, mengunci pintu, dan kembali menatap diriku yang manis melalui cermin.

Hmm... kira-kira Kei lebih suka aku memakai baju yang mana yah? Pink? Putih? Ah, kudengar dia menyukai warna putih! Kalau begitu ini saja deh~

Aku memilih baju mantel berwarna putih, karena malam natal nanti pasti dingin dan salju turun. Aku melihat jam, sudah jam 5 sore. aku harus segera mandi dan bersiap-siap.



* * *



Jam 6 tepat, aku berangkat dari rumah. Udara dingin malam natal berhembus. Astaga! Aku lupa kalau jalanan akan semacet ini! Seharusnya aku berangkat 1 jam lebih awal! Oh aku pasti akan terlambat...

Akhirnya aku telat selama 1 jam, aku berlari secepat mungkin ke tempat janjian kita. Ah, itu dia! Kei memakai jas hitam dan sedang membaca buku.

“Maaf menunggu lama!”

“Oh, tidak apa-apa! Kamu sibuk ya?”

“Tidak, tadi jalan macet sekali, jadi... aku benar-benar minta maaf..”

“Ah lupakan hal itu, mari kita jalan-jalan,”

“Sungguh? Okay!”

Aku benar-benar mencintainya sejak dulu. Dia idolaku, inspirasiku, harta yang terpenting bagiku, satu-satunya untukku! Kuharap dia mau membalas cintaku.. oh yah, mungkin diakhir kencan ini aku akan menyatakan perasaanku, aku dengar jika kita menyatakan cinta kepada orang yang kita suka di malam natal, peluangnya sangat besar! Doakan aku yah!

“DORAEMOOON!!!”

Huh! Kenapa lagi sih Nobita bodoh itu?! Tidak bisakah dia menyelesaikan masalahnya sendiri?!

“Doraemon! Pinjamkan aku bom, roket, atau senapan angin! Aku ingin menghabisi Giant!” seru Nobita sambil menangis dan memelukku, untuk yang kesekian kalinya.

“Nobita! Kalau kamu selalu mengandalkan bantuanku, bagaimana kamu bisa menjadi orang hebat?!”

Aku berteriak kepadanya, Nobita terdiam dan menatapku. Ah! Apakah kali ini aku terlalu kasar kepadanya?!

“Huaaa, doraemooon! Pinjamkan aku bom, roket, atau senapan angin! Aku ingin menghabisi Giant!” seru Nobita, dia kembali menangis dan memelukku.

Argh! Ternyata sia-sia simpatiku!

“Sudah yah! Urus saja masalahmu sendiri!” seruku. Aku langsung mengeluarkan baling-baling bambu, membuka jendela, dan terbang ke tempat mii-chan.

“Doraemon jahat! Padahal besok natal! Kok kamu pelit begitu sih?!” seru Nobita.

Natal?! Memangnya aku ini apa? Santa Klaus?! Aku hanyalah robot kucing yang super cool dan berasal dari abad 22! Yah, mungkin penciptaku memang mendapat inspirasi dari Santa?

Aku tetap terbang menjauh tanpa mempedulikan Nobita, sekali-kali biarlah dia menyelesaikan masalahnya sendiri. Hal itu mungkin akan membuatnya menjadi lebih dewasa. Ah, mii-chan!

“Miaw, miaw~”

“Mii-chan, kamu mau makan apa hari ini? Taplak Meja Pencicip! Oh, kau mau apa makan apa saja asal bersamaku? Wah, romantis sekali kamu~”

Aku pun menghabiskan waktu seharian bersama mii-chan di atap rumahnya. Menyenangkan sekali, akhirnya aku sadar saat mii-chan pamit untuk pulang. Oh, benar juga! Sudah malam rupanya!

“Baiklah mii-chan, sampai jumpa!”

Aku kembali terbang ke rumah Nobita. Ups, jendela dan korden di tutup rupanya, “Lingkaran Penembus!” Aku pun masuk melalui lingkaran itu. Kamar Nobita gelap, padahal waktu baru menunjukkan pukul 5 sore. Apakah Nobita tidur?

“Huaaa, doraemooon! Pinjamkan aku bom, roket, atau senapan angin! Aku ingin menghabisi Giant!” seru Nobita. Dia tiba-tiba kembali memelukku.

“Nobita! Sudah berapa kali aku bilang! Urus masalahmu sendiri!” seruku sambil berusaha menjauhkan Nobita. Dia nempel seperti lintah!

“Doraemon sahabatku yang terbaik, kumohon jangan jahat begitu.. untuk malam ini saja, maukah kamu menjadi Santa ku?”

Ah, aku luluh juga dengan kata-katanya.. baiklah, aku akan membantunya lagi. Bukankah aku memang dikirim dari masa depan untuk membantu Nobita?

Salju dingin mulai turun menghiasi indahnya kota New York. Malam ini malam Natal, dimana semua orang bahagia menyambutnya. Tapi tidak untukku, aku meringkuk kedinginan di tengah terpaan salju ini. Lapar sekali, dari pagi aku belum makan. Dan tidak ada seorangpun yang mempedulikan aku.

Namaku Liana, aku adalah seorang gelandangan yang banyak kalian temui dimana saja. Aku tidak punya rumah, orangtuaku mengusirku karena aku sudah mengecewakan mereka di masa kecil. Hidupku sebatang kara, tak punya siapa-siapa, tak punya apa-apa.

“Minggir kamu gelandangan! Kamu merusak pemandangan salju ini!” tiba-tiba terdengar teriakan seseorang dari dalam toko.

BUK, dia bahkan melempariku batu. Aku merasa tidak di terima di dunia ini, apakah tidak lebih baik aku mati saja? Apa alasanku hidup di dunia ini?

Aku pun melangkahkan kakiku dengan berat hati, tanpa arah, tanpa tujuan. Berjalan sambil menggigil kedinginan, di tengah kumpulan orang-orang yang sedang bahagia. Oh, sungguh kejam dunia ini! Sungguh tidak adil dunia ini!

“Kei, tunggu aku!” tiba-tiba terdengar suara dibelakangku, aku membalikkan tubuhku untuk melihat pemilik suara.

BRUK, tiba-tiba seorang remaja pria berusia sekitar 16 tahun menabrakku. Ugh, sakt sekali..

“Kyaa, Kei?! Kamu tidak apa-apa?!” seru gadis dibelakangnya tampak khawatir.

“Ma, maaf! Aku tidak melihat ke depan! Apa kamu tidak apa-apa?!” kata lelaki itu sambil membantuku berdiri.

Hmm? Apakah dia sedang berbicara padaku yang hina ini? Entah sudah berapa lama orang-orang tidak pernah mengajakku bicara. Aku tidak menjawabnya, aku hanya berdiri sambil terus memegang perutku yang lapar ini.

“Kamu lapar?” tanya lelaki itu, “kebetulan aku dan Eva terlalu banyak membeli makanan, dan aku rasa kami tak akan bisa menghabiskan makanan sebanyak ini. Kalau kamu mau, ambillah. Anggap saja permintaan maafku.”

Lelaki itu menyodorkan kantong plastik yang bertuliskan Dunkin Dounut. Aku menatapnya, terdiam. Apakah dia hanya meledekku?

“Ayolah, aku serius!” katanya lagi

Aku pun mengambil bungkusan itu, dan meninggalkan mereka setelah berterimakasih. Oh terimakasih Tuhan, rupanya masih ada juga orang sebaik ini di dunia ini. Aku tidak boleh menyerah begitu saja melewati ujian ini, aku harus terus bertahan!

“Ayo Eva, kau mau kemana lagi?” sayup-sayup suaranya masih terdengar dibelakangku.

“Hehehe, terserah kamu deh~” kata gadis beruntung itu.

“Kembalikan buku ku!” seruku pada Rich. Dia memang jahil sekali kepadaku, dan aku amat membencinya saat dia mulai menggodaku.

“Tangkap aku kalau bisa, Puteri Lamban!” serunya mengejekku.

Nah! Kamu dengar kan kata-katanya yang menyebalkan itu?! Meskipun aku memang pemalas dan hampir selalu datang terlambat ke sekolah, aku tidak mau dipanggil puteri lamban! Apalagi di tempat publik seperti sekolahku ini!

Oh ya, namaku Sarah, usiaku 15 tahun. Cowok menyebalkan yang sedang kukejar ini bernama Rich, aku sudah mengenalnya sejak kecil. Tingkahnya sejak 10 tahun lalu tak pernah berubah! Dia cowok yang amat menyebalkan!

“Rich! Aku bilang kembalikan bukuku!” seruku lagi.

Aku tidak bisa menangkap Rich, larinya cepat sekali. Dia bahkan pernah memenangkan juara 1 lomba lari di sekolahku.

“Kembalikan! Kalau tidak, kalau tidak aku akan nangis nih!” ancamku.

“Coba saja, mari kita lihat apakah ada yang simpati padamu, Puteri lamban?” ejeknya.

AAAH aku benar-benar tidak tahan! Aku pun menutup wajahku dan menangis sejadi-jadinya, hehe aku bohong, aku hanya pura-pura menangis untuk menarik simpati orang-orang.

“Rich! Kau jangan keterlaluan begitu pada Sarah!” tiba-tiba suara cowok yang membelaku terdengar.

“Yeah Rich! Kembalikan bukunya!” horee, 1 lagi pendukungku!

“Ugh, baiklah kamu menang Puteri Lamban! Nih bukumu!” seru Rich sambil meletakkan buku itu di kepalaku.

Aku pun berterimakasih pada teman-teman yang sudah menolongku itu. Jam pulang sekolah pun tiba, aku segera pulang dan berbaring dirumah. Lelah sekali sehabis mengejar-ngejar Rich jelek itu.

Aku pun mengeluarkan buku-buku yang berada di dalam tasku untuk dipindahkan ke rak buku. Eh, apa itu? Ada secarik kertas yang terjatuh dari buku yang tadi dicuri oleh Rich.

Aku pun penasaran dan melihat kertas itu, rupanya sebuah surat, dari... Rich?! Aku menatap tak percaya, lalu kubaca surat itu.



Dear Sarah si Puteri Lamban

Grrr!! Lihat saja!

Sebenarnya sejak dulu aku menyukaimu, tapi aku tak berani mengatakan hal itu.
Yang bisa kulakukan hanya menggodamu, dan hal itu mungkin malah membuatku dibenci olehmu.
Tapi perasaanku ini tulus, aku benar-benar mencintaimu.
Karena itu, maukah kamu berkencan denganku malam natal nanti?
Aku akan menunggumu di Stasiun tepat jam 8, walau kau tak datang aku akan tetap menunggumu.

Rich


Aku lemas setelah membaca surat itu. Rich si bodoh menaruh hati padaku? Waw! Tak kusangka! Aku langsung berlari meminta izin pada mom untuk pergi saat malam natal nanti. Tunggu aku yah Rich!

Legenda Pohon Natal


“Eva, janji yah, kita akan bertemu lagi di tempat ini tahun depan! Aku akan menunggumu, aku pasti akan menunggumu di tempat ini. Tempat kenangan kita, tempat kita menghabiskan waktu, tempat kita pertamakali bertemu. Aku pasti akan berada disini menunggumu!”

“Tentu saja, Kei! Aku pasti akan kembali lagi kesini suatu saat nanti! Jaga dirimu baik-baik yah!”

Aku terbangun dari tidurku. Mimpiku aneh sekali, seperti nyata. Atau itu memang nyata? Memori masa kecilku yang tiba-tiba muncul...? Siapa laki-laki itu? Kei? Teman masa kecilku? Kenapa mendadak aku teringat padanya?

Namaku Eva, umurku saat ini 25 tahun. Aku seorang wartawan, tinggal sendirian di rumah yang aku beli sendiri dengan uang hasil jerih payahku. Hari ini seperti biasanya aku akan berangkat kerja.

Oh iya, bos bilang kalau hari ini aku akan ditugaskan ke luar kota! Hmm... sedih juga sih, tanggal 24 Desember begini masih harus kerja..

Aku berangkat ke sebuah kota kecil, yang terletak di sudut kota New York. Salju dingin mulai turun, indah sekali. Tapi udaranya benar-benar dingin! Saat ini aku diutus oleh bos untuk mengumpulkan data tentang legenda pohon cemara yang, konon katanya, memiliki sebuah keajaiban di malam natal. Pohon itu bisa mengabulkan permintaan apa saja, mungkin ini hanya khayalan penduduk? Toh yang kulihat, kota kecil begini para penduduknya pasti rata-rata tidak terlalu pintar (eits, aku tidak bilang bodoh ya!).

“Okay, James, kita turun disini! Pohon itu sudah terlihat darisini. Petter, kau bawa kameranya, hati-hati!” seruku.

“Yes, ma-am!”

Aku dan 2 orang kru film berjalan mendekati pohon itu. Tampak hiasan-hiasan dan lampu-lampu natal mengelilingi pohon yang kini menyala indah itu.

“Aku ragu kalau pohon ini memiliki suatu keajaiban. Ini kan hanya pohon cemara biasa!” aku menggerutu.

“Yeah kami juga, mari kita segera selesaikan laporan dan kembali,” kata James.

Rekaman dimulai, aku seperti biasa menjelaskan kepada para pemirsa tentang gossip-gossip heboh pohon ini. Pohon legenda yang katanya bisa mengabulkan keinginan seseorang.

Acara syuting pun selesai, aku duduk-duduk dibawah pohon itu sambil meneguk secangkir kopi hangat sementara James dan Petter membawa peralatan syuting kembali ke mobil.

Oh, yeah pohon legenda! Kalau kamu memang ajaib, bisakah kamu menjelaskan apa arti mimpiku tadi pagi?! Hoho, tak bisa kan? Bullshit!

“Umm.. maaf, apa anda bernama Eva?” tiba-tiba seorang pria dewasa menyapaku.

“Ya? aku Eva, anda?” tanyaku bingung. Kenapa orang asing ini tahu namaku?

“Eva?! Ini aku, Kei!”

“Kei...?” aku mencoba mengingat-ingat nama itu, nama yang aku rasa mendapat tempat spesial di hatiku, “Kei?! Kei anak Pak Joko?!”

“Yeah! Kamu Eva anak pak Sutardjo kan?!” seru Kei, “Wow! Ini benar-benar ke ajaiban! Baru saja aku berharap bisa bertemu kamu kembali di bawah pohon ini! Pohon ini benar-benar ajaib!”

Aku dan kei saling berpelukan, mesra, melepas rindu setelah lama sekali tidak bertemu. Tahukah kamu? Sekarang aku mempercayai kalau keajaiban itu ada, hehehe...

“Aku benci kamu!”

“Aku juga!”

“Dasar jelek!”

“Kamu yang jelek!”

“Kita putus!”

“Oke! Siapa yang sudi pacaran denganmu!”

Pertengkaran beberapa hari yang lalu masih teringat jelas di kepalaku. Aku dan Kei bertengkar hebat. Christmas Eve ku dengan Kei berantakan gara-gara kebodohanku.. kenapa aku begitu cemburu saat Kei menyapa cewek lain? Padahal mereka kan hanya teman biasa, tapi hati ini sakit ketika melihat mereka berdua ngobrol dengan asiknya tanpa menghiraukan aku. Padahal kan aku yang dia ajak kencan, tapi kenapa dia malah mengobrol dengan cewek lain didepanku?!

Uh, dasar Kei jelek! Bukan salahku kan?!

Tapi... huaaa, padahal akhirnya aku dapat berkencan dengan idolaku! Kenapa harus berakhir begini?! Huaaa...

“Eva! Jangan dikamar terus! Bantu ibu menyiapkan makan malam! Sebentar lagi ayah akan pulang!” seru ibuku dari bawah.

“Iya, Bu!” seruku. Uhh... lagi nggak mood begini disuruh kerja! Tapi aku harus melakukannya, ibu sangat galak sih..

Aku turun dan membantu ibu dengan malas-malasan. Ibu hanya menggeleng-geleng kepala, aku sudah menceritakan pertengkaranku dengan Kei. Kurasa ibu memaklumi kenapa keadaanku.

“Habis makan, kita akan ke festival dekat rumah yah! Kita sekeluarga akan merayakan malam tahun baru disana!” seru ibu.

Wow! Festival Tahun Baru?!

Aku langsung semangat membantu ibu, mungkin aku bisa membeli berbagai macam barang, main arcade game seru, yang bisa membuatku lupa dengan Kei.

Akhirnya ayah datang, setelah kami makan bersama, kami pun berangkat ke tempat festival. Disana ramainya bukan main. Aku menggenggam erat baju ibuku agar tidak terpisah.

Ah! Lempar gelang! Sepertinya seru sekali!

Tanpa sadar aku melepaskan peganganku dan segera berlari untuk melihat lebih dekat. Aku antusias sekali, mereka hebat! Wow! Anak itu mendapat hadiah 3 kali berturut-turut!

“Ibu! Aku juga ingin mencoba!” seruku, “ibu...?”

Ah! Aku terpisah dari ibu! Aku terlalu asik memperhatikan game Lempar Gelang ini!

“Eva?” tiba-tiba suara orang yang sangat kukenal menyapaku.

“K, Kei?!”

“Kenapa kamu ada disini?” reflek, kami bersamaan berkata seperti itu.

“Huh! Padahal aku mau melupakanmu! Kenapa malah bertemu denganmu disini!” gerutuku kesal.

“Eva.. malam natal itu, aku minta maaf.. aku tidak memahami perasaanmu. Maukah kamu memaafkanku? Di malam tahun baru ini, mari kita memulai lembaran baru kisah cinta kita,”

Oh, kata-kata Kei puitis sekali. Aku menatapnya sekilas, sok jual mahal dulu!

“Kau janji tidak akan mendua?!” tanyaku.

“Ya!”

“Kau janji akan selalu memperhatikan aku?!”

“Tentu!”

“Kau janji akan menyayangi aku?!”

“Yup!”

Aku mulai luluh, aku segera melompat ke pelukannya.

“I love you Kei!”

“I love you too Eva!”

Malam tahun baru, mari kita bersama-sama memulai lembaran baru kehidupan kita.

Sudah lama aku berada di Luar Negeri, New York tepatnya. Sudah lama aku mengunjungi keluargaku di kampung karena urusan pekerjaan disini. Telepon tidak ada, karena disana listrik saja belum masuk. Kira-kira bagaimana kabar mereka yah? Apakah ayah baik-baik saja? Apakah ibu baik-baik saja? Adikku?

“Pak! Kami mendapat laporan bahwa agen L telah tewas terbunuh!” tiba-tiba seorang bawahanku masuk ke ruangan, dan membuyarkan lamunanku.

Ah, kau pasti bertanya-tanya tentang aku? Namaku Kei, aku adalah bos dari pembunuh bayaran dan mata-mata terkenal di suatu Organisasi rahasia di New York. Sudah lama aku melakukan pekerjaan ini, dan selama itu pula aku tak berani menatap wajah ke dua orangtuaku. Karena aku tahu kalau jalan yang kutempuh ini salah, tapi biarlah...

“Hilangkan jejak! Jangan sampai musuh melacak keberadaan kita!” perintahku.

“Siap!”

Aku jenuh juga dengan pekerjaanku ini, tapi kau tahu sendiri kan kalau pekerjaan ini amat berbahaya, dan.. pekerjaan yang salah? Aku pasti langsung diarak ramai-ramai oleh semua orang kalau mereka tahu pekerjaanku sebenarnya.

Tiba-tiba ponselku berbunyi, hmm.. nomor tak dikenal.. “Ya? keidisini.”

“Kei, kapan kamu akan pulang? Kami sekeluarga disini amat mencemaskanmu!”

“IBU?! Ba, bagaimana ibu bisa tahu nomor teleponku?!”

“Ibu meminta tolong Ki Benjol, dukun sakti desa kita untuk melacak keberadaanmu, eh dia malah mendapat nomer HPmu! Ayolah Kei, Ibu dan keluarga kangen banget sama kamu! Tidak bisakah kamu cuti beberapa hari dari pekerjaanmu dulu? Bagaimana kalau hari natal? Tanggal merah kan?”

Bos pembunuh bayaran yang terkenal sinis merayakan natal? Oh, kau pasti bercanda!

“Ah tidak bisa Bu! Aku masih harus menyelesaikan beberapa proyek!”

“Memang kau kerja apa sih disana?”

“Itu... tak bisa kukatakan Bu...”

“Ibu tidak mau tahu! Pokoknya kita sekeluarga harus merayakan natal dirumah! Kamu tidak kangen sama adikmu, Eva, Kei? Dia terus-terusan menanyakan kabar kakaknya, dia kangen sama kamu! Dia berkali-kali menanyakan kabarmu!”

“Eva...”

Eva adikku, yang baru berumur 5 tahun... kalau dihitung-hitung, saat ini dia sudah remaja. Pasti dia tumbuh menjadi gadis yang cantik. Oh tiba-tiba aku jadi ingin bertemu lagi dengannya.

“Baiklah, Bu, aku akan pulang. Tapi hanya sehari saja yah? Pekerjaanku disini tak bisa kutinggalkan terlalu lama...”

“Okay sayang! Aku pasti akan menyajikan makanan terlezat yang pernah kamu makan untuk menyambutmu! Kami tunggu kepulanganmu loh!”

Yeah, aku si bos pembunuh bayaran dan mata-mata organisasi terkenal se-New York mengadakan perayaan natal di kampung halamannya di suatu desa kecil di Indonesia? Tunggu sampai wartawan mendengar hal ini, pasti namaku akan terpajang besar di headline!

Tapi peduli amat! Besok aku harus memesan tiket untuk pulang dan merayakan natal bersama keluargaku, kangen juga aku dengan mereka.

Hujan deras menyapu kota New York, yeah hujan! Bukan salju! Aku juga heran, apa ada yang salah dengan cuaca hari ini? Kenapa malam tahun baru malah turun hujan lebat dan bukan salju?!

Hujan deras disertai petir menggelegar itu terjadi sejak pagi, yang mengakibatkan orang-orang lebih suka merayakan tahun baru mereka di rumah. Jalanan sepi, hanya beberapa orang bodoh yang berlalu lalang menggunakan payung mereka. Ah lihat orang bodoh yang disana itu! Payungnya sampai terbalik tak kuat menahan angin, hahaha...

“Eva, apa kamu sudah mengerjakan semua PR liburanmu?!” tanya ibuku dengan nada mengancam.

“Oh mom! Kenapa kamu mengungkit-ungkit masalah itu? Aku sedang BT karena hujan ini, tolong jangan tambah lagi masalahku!” ujarku.

“Tambah masalah?! Justru kalau kamu tidak menyelesaikan tugasmu, kamu malah menambah masalah!”

Ah, aku memang tak pandai mengalahkan mom dalam hal berdebat. Aku pun melangkah gontai menuju kamarku, bayangkan! Orang bodoh mana yang mengerjakan PRnya di malam tahun baru?! Ah mungkin aku salah satu orang bodoh itu!

Aku duduk dengan malas, memutar-mutar pensilku sambil membuka buku matematika. Meja belajarku menghadap jendela, aku masih bisa melihat hujan deras dengan petir menggelegar dari kamarku. Dalam sekejap aku terlarut dalam kesibukanku mengerjakan PR.

“Eva! Turun! Kita akan makan bersama untuk merayakan tahun baru ini!” seru ibuku.

Ah! Aku ketiduran! Suara mom dari ruang keluarga menyadarkan aku. Suhu hujan yang sejuk ini memang mudah membuat kita tertidur. Aku merenggangkan tubuhku dan bergerak bangun dengan malas. Aku melihat dari balik jendela, masih ada beberapa orang yang sedang berjuang melawan hujan.

Apa sih yang dipikirkan mereka? Kenapa tidak merayakan tahun baru dirumah?

“Eva!” mom kembali berteriak memanggilku.

“Ya!” aku segera berlari turun. Amarah mom jauh lebih menakutkan dari suara petir yang menggelegar, kau tahu?

Di ruang makan, Mom dan Dad sudah berkumpul. Wow, ayam kalkun besar terhidang di meja! Lezat sekali!

Aku pun segera duduk dan bersiap-siap makan.

“Tunggu, ayo kita Toast selamat tahun baru dulu!” seru Dad.

“SELAMAT TAHUN BARU!!!” seru kami smua.

PETT, listrik tiba-tiba mati. Oh, aku benci hujan!!

“Ibu! Kenapa di meja ini hanya ada susu?! Berikan aku wine! Aku ingin merayakan tahun baru sambil meneguk minuman lezat itu!” seru Ayahku.

Ayahku baru pulang dari kerja lemburnya. Saat ini kami berencana untuk merayakan Tahun Baru dirumah saja, karena jalan pasti macet dan itu hanya akan menghabiskan waktu.

“Tidak! Kenapa di awal tahun kamu malah meminum minuman yang merusak tubuhmu?! Aku memberikan susu agar kamu sehat, tolong mengertilah!” ujar ibuku. Ibu memang terkenal dengan perhatiannya yang berlebihan.

“Tapi, susu kedelai?! Ah, aku benar-benar tidak menyukainya! Kenapa kamu tidak menyajikan saja susu sapi?!” nada suara ayahku terdengar meninggi.

“Susu kedelai jauh lebih banyak vitaminnya dari susu sapi!” suara ibu pun tak kalah meninggi.

“Hueeee!!” tiba-tiba adikku yang baru berumur 1 tahun, Eva, menangis.

“Ah lihat! Gara-gara kamu berteriak-teriak begitu, Eva jadi nangis!” seru ibuku, “cup-cup sayang, tidak apa-apa kok...”

Ayahku terdiam, dia lalu meminum habis segelas susu kedelai yang terhidang di meja makan lalu tersenyum dan menghampiri Eva. Aku kagum, tangis Eva yang baru berumur 1 tahun itu bisa mendamaikan kedua orangtuaku. Yeah, walaupun pertengkaran mereka hanya masalah sepele. Segelas susu kedali?! Oh, please!

Kami berempat segera sibuk dengan urusan masing-masing, ayah membaca koran, ibu memasak, dan aku menjaga Eva kecil yang lucu.

“Hmmm... Susu sapi yang mengandung kolesterol ditarik oleh peredaran dan di larang beredar. Harap berhati-hati untuk semua orang yang membeli susu sapi kaleng merek X,” ujar ayah yang sedang membaca headline news. Entah kebetulan atau apa, headline news koran hari ini bertema susu!

“Tuh kan!” ibu langsung nyeletuk, “sudah kubilang susu kedelai lebih sehat dan aman!”

“Yeah trims, sekarang biarkan aku membaca koran,” ujar ayah singkat.

Ibu melanjutkan acara memasaknya, wangi harum ayam goreng mulai tercium dan membangkitkan air liurku. Lezat sekali sepertinya!

Akhirnya ibu memanggil kami dan kami berkumpul mengelilingi meja makan. Di tengah-tengah meja terhidang 2 ekor ayam goreng yang sangat harum, dan err... kurasa susu kedelai.

“Bu! Aku sudah bilang, aku ingin wine! Tolong berikan wine sebagai perayaan tahun baru ini!” ayahku kembali emosi.

“Susu kedelai lebih sehat untuk tubuhmu!” seru ibu tidak mau kalah.

“Hueeee!” Eva kecil kembali menangis.

Oh, kedua orangtuaku memang keras kepala.

lalala~

sabar yah..

perlu waktu juga buat mencerna

but, be ready to receive some christmas surprise from shasha and stylish ya